Kalender Jawa merupakan sistem penanggalan tradisional yang memiliki akar sejarah mendalam di Jawa, Indonesia.
Sistem ini tidak hanya mencakup penghitungan hari, bulan, dan tahun, tetapi juga erat kaitannya dengan aspek kebudayaan, astrologi, dan pertanian masyarakat Jawa.
Uniknya, Kalender Jawa merupakan gabungan dari berbagai sistem penanggalan, termasuk Saka dan Islam, yang telah disesuaikan dengan kearifan lokal.
Sistem ini terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu Weton dan Pasaran.
Weton mengacu pada kombinasi hari dalam penanggalan Gregorian dan hari dalam Pasaran Jawa yang berjumlah lima, yaitu Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi.
Kombinasi unik ini menciptakan siklus 35 hari yang digunakan dalam banyak aspek kehidupan, termasuk untuk menentukan hari baik untuk berbagai kegiatan.
—
Kalender Jawa Februari 2024
Tanggal | Kalender Jawa | Hari Pasaran |
---|---|---|
1 Februari 2024 | 20 Rejeb 1957 Ja | Kamis Pon |
2 Februari 2024 | 21 Rejeb 1957 Ja | Jumat Wage |
3 Februari 2024 | 22 Rejeb 1957 Ja | Sabtu Kliwon |
4 Februari 2024 | 23 Rejeb 1957 Ja | Minggu Legi |
5 Februari 2024 | 24 Rejeb 1957 Ja | Senin Pahing |
6 Februari 2024 | 25 Rejeb 1957 Ja | Selasa Pon |
7 Februari 2024 | 26 Rejeb 1957 Ja | Rabu Wage |
8 Februari 2024 | 27 Rejeb 1957 Ja | Kamis Kliwon |
9 Februari 2024 | 28 Rejeb 1957 Ja | Jumat Legi |
10 Februari 2024 | 29 Rejeb 1957 Ja | Sabtu Pahing |
11 Februari 2024 | 1 Ruwah 1957 Ja | Minggu Pon |
12 Februari 2024 | 2 Ruwah 1957 Ja | Senin Wage |
13 Februari 2024 | 3 Ruwah 1957 Ja | Selasa Kliwon |
14 Februari 2024 | 4 Ruwah 1957 Ja | Rabu Legi |
15 Februari 2024 | 5 Ruwah 1957 Ja | Kamis Pahing |
16 Februari 2024 | 6 Ruwah 1957 Ja | Jumat Pon |
17 Februari 2024 | 7 Ruwah 1957 Ja | Sabtu Wage |
18 Februari 2024 | 8 Ruwah 1957 Ja | Minggu Kliwon |
19 Februari 2024 | 9 Ruwah 1957 Ja | Senin Legi |
20 Februari 2024 | 10 Ruwah 1957 Ja | Selasa Pahing |
21 Februari 2024 | 11 Ruwah 1957 Ja | Rabu Pon |
22 Februari 2024 | 12 Ruwah 1957 Ja | Kamis Wage |
23 Februari 2024 | 13 Ruwah 1957 Ja | Jumat Kliwon |
24 Februari 2024 | 14 Ruwah 1957 Ja | Sabtu Legi |
25 Februari 2024 | 15 Ruwah 1957 Ja | Minggu Pahing |
26 Februari 2024 | 16 Ruwah 1957 Ja | Senin Pon |
27 Februari 2024 | 17 Ruwah 1957 Ja | Selasa Wage |
28 Februari 2024 | 18 Ruwah 1957 Ja | Rabu Kliwon |
29 Februari 2024 | 19 Ruwah 1957 Ja | Kamis Legi |
Siklus Tahunan pada Kalender Jawa
Selain itu, Kalender Jawa juga memiliki siklus tahunan yang disebut dengan Tahun Saka, dimulai dari tahun 78 Masehi.
Tahun Jawa dibagi menjadi 12 bulan yang setiap bulannya memiliki nama-nama tertentu dan jumlah hari yang berbeda, serupa dengan kalender Hijriyah dalam Islam.
Namun, yang membedakan adalah penyesuaiannya dengan musim dan kegiatan pertanian di Jawa.
Penggunaan Kalender Jawa tidak terbatas pada aspek spiritual dan kebudayaan saja.
Dalam kehidupan sehari-hari, terutama di pedesaan, kalender ini digunakan untuk menentukan waktu yang tepat untuk bercocok tanam, panen, dan kegiatan pertanian lainnya.
Ini menunjukkan betapa pentingnya Kalender Jawa dalam mendukung keberlanjutan hidup masyarakat Jawa.
Melalui pemahaman dan apresiasi terhadap Kalender Jawa, kita dapat menghargai lebih dalam nilai-nilai tradisional budaya jawa.
Harapan-nya, kita bisa mengintegrasikannya dalam konteks kehidupan modern yang terus berubah.
Kalender ini sangat erat kaitan-nya dengan Neptu, Primbon, hingga Weton.
Apa Itu Neptu, Primbon, hingga Weton?
Neptu, Primbon, dan Weton merupakan konsep yang mendalam dalam kepercayaan dan kebudayaan Jawa.
Ketiganya sering digunakan untuk menginterpretasikan berbagai aspek kehidupan.
Mulai dari karakteristik pribadi hingga menentukan hari baik untuk berbagai acara.
Untuk lebih mengenal ketiganya, kita akan mengulas detilnya.
—
1. Apa itu Neptu?
Neptu adalah sistem penghitungan hari dalam budaya Jawa.
Setiap hari memiliki nilai numerik tertentu yang dipercaya membawa pengaruh tertentu terhadap kejadian sehari-hari.
Dalam praktiknya, Neptu digunakan untuk menghitung nilai hari dan pasaran.
Kemudian para ahli akan menganalisis melalui Primbon untuk menentukan kecocokan dan pengaruhnya terhadap individu atau kegiatan yang akan dilakukan.
Misalnya, dalam menentukan tanggal pernikahan, akan dilihat kombinasi Neptu dari hari dan pasaran kedua mempelai untuk menemukan hari yang paling baik dan membawa keberuntungan.
Konsep ini juga sering digunakan dalam pemilihan nama untuk bayi baru lahir.
Biasanya, nama dipilih berdasarkan nilai Neptu yang harmonis dengan weton bayi tersebut.
Ini dianggap dapat memberikan pengaruh positif terhadap jalannya kehidupan bayi tersebut.
—
2. Apa itu Primbon?
Primbon, di sisi lain, adalah semacam ensiklopedia tradisional Jawa.
Isinya sangat beragam, mulai dari astrologi, ramalan nasib, petunjuk untuk menentukan hari baik, hingga tafsir mimpi dan cara-cara meramal lainnya.
Primbon umumnya berbentuk kitab dan digunakan sebagai panduan dalam merencanakan berbagai kegiatan penting.
Contohnya seperti pernikahan, pembangunan rumah, hingga pemilihan nama berdasarkan perhitungan astrologi Jawa.
Meskipun di era modern ini, banyak orang yang mungkin melihat Primbon sebagai bagian dari kepercayaan kuno.
Bagi sebagian orang Jawa, Primbon masih tetap relevan dan pantas dihormati sebagai sumber kebijaksanaan dan panduan hidup.
Primbon tidak hanya mengajarkan tentang cara meramal atau memprediksi kejadian.
Juga, merefleksikan filosofi Jawa yang mendalam tentang keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan.
Melalui Primbon, nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal terjaga dan terus diturunkan dari generasi ke generasi.
Ini memberikan panduan spiritual dan praktis bagi mereka yang masih memegang teguh warisan budaya ini.
—
3. Apa itu Weton?
Weton, konsep ketiga, adalah sistem perhitungan yang berbasis pada kombinasi hari kelahiran dalam penanggalan Jawa dan pasaran (periode lima harian).
Setiap individu memiliki weton berdasarkan hari dan pasaran kelahirannya, yang dipercaya membawa pengaruh terhadap kepribadian dan takdir hidup seseorang.
Weton adalah sebuah konsep dalam budaya Jawa yang menggabungkan elemen hari dalam kalender Jawa dengan pasaran, yang merupakan siklus lima hari berbeda.
Setiap individu memiliki weton berdasarkan hari dan pasaran kelahirannya, yang bersama-sama membentuk sebuah siklus 35 hari yang unik untuk setiap orang.
Weton dipercaya membawa pengaruh signifikan terhadap kepribadian, nasib, dan kehidupan seseorang.
Mencerminkan bagaimana alam semesta berinteraksi dengan kehidupan individu melalui harmoni kosmik yang terkandung dalam hari dan pasaran kelahiran mereka.
Dalam masyarakat Jawa, weton sering digunakan sebagai alat bantu dalam membuat keputusan penting.
Contohnya seperti dalam pernikahan, untuk menentukan keserasian pasangan, atau dalam memilih tanggal penting untuk berbagai upacara dan kegiatan.
Konsep weton menekankan pentingnya memahami dan hidup selaras dengan ritme alam dan kosmos.
Serta, memberikan wawasan tentang bagaimana individu dapat mengoptimalkan kehidupannya berdasarkan hari dan pasaran kelahirannya.
Ini merupakan salah satu aspek kebudayaan Jawa yang menunjukkan bagaimana tradisi dan kepercayaan dapat mempengaruhi pandangan dan tindakan seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
—
Fungsi Neptu, Primbon, dan Weton
Neptu, Primbon, dan Weton juga sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa.
Seperti dalam memilih hari untuk memulai usaha baru, pindah rumah, atau bahkan untuk menentukan hari yang baik untuk berkebun atau bercocok tanam.
Namun, penting untuk diingat bahwa penerapan Neptu, Primbon, dan Weton tidak selalu bersifat kaku.
Banyak orang Jawa modern menganggapnya sebagai bagian dari tradisi dan kebudayaan.
Tidak semua orang jawa mengikuti semua petunjuknya secara harfiah.
Meski demikian, bagi sebagian masyarakat, Neptu, Primbon, dan Weton tetap menjadi panduan penting.
Terutama dalam membuat keputusan dan menjalani kehidupan sehari-hari.
Konsep-konsep ini dipercaya dapat membantu individu untuk hidup selaras dengan alam semesta.
Tentunya dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan mereka.
Meskipun Neptu, Primbon, dan Weton mungkin terdengar kompleks dan misterius bagi sebagian orang, konsep-konsep ini merupakan bagian integral dari kekayaan budaya Jawa.